Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Hidroponik Dunia yang Perlu Diketahui

Sejarah hidroponik dunia menarik untuk diulas. Pasalnya saat ini teknik budidaya hidroponik tengah banyak digemari. Dunia pertanian memang selalu berkembang dari masa ke masa. Dahulu petani hanya bercocok tanam dengan sistem konvensional di lahan terbuka. Namun saat ini, sistem pertanian sudah semakin berkembang. Bahkan di lahan sempit kita sudah bisa bercocok tanam.

Sejarah Hidroponik Dunia yang Perlu Diketahui
Contoh sistem pertanian hidroponik (pixabay.com)

Awal Sejarah Hidroponik Dunia

Salah satu cara untuk bercocok tanam di lahan sempit yaitu menggunakan sistem hidroponik. Perlu diketahui bahwa hidroponik adalah cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah. Cara bertanam hidroponik sebenarnya sudah lama ditemukan. 

Dalam catatan sejarah sekitar 2600 tahun yang lalu di Babylonia terdapat taman gantung, taman ini menerapakan teknik hidroponik pertama yang tercatat dalam sejarah. Taman itu dibangun atas perintah Raja Suria di Mesopotamia Utara, yang kini merupakan wilayah Irak bernama Sennacherib.

Penggunaan sistem pertanian hidroponik lainnya yaitu "Taman apung Aztecs" atau dikenal juga Chinampas. Pengunaan air pada Chinampas merupakan sistem yang paling efisien pada saat itu yaitu menggunakan rakit yang dari bambu yang mengambang di danau. 

Bagian atas rakit ditutup menggunakan lumpur dari danau yang memiliki kandungan bahan organik tinggi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Akar dapat tumbuh sampai ke bawah rakit dan dapat bersentuhan langsung dengan air.

Penemuan yang Menjadi Bagian dari Sejarah Hidroponik Dunia

Sistem pertanian hidroponik mulai muncul kembali melalui penemuan-penemuan yang dilakukan oleh para peneliti. Sebagian peneliti menyatakan sistem pertanian hidroponik di mulai pada 1600. Hal ini berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Jan van Helmont tentang berkebun dengan air.

Informasi lain tentang hidroponik juga tercatat dalam buku “Sylva sylvarum” milik Francis Baconyang dibuat pada tahun 1627. Penelitian lain yang mengulas tentang hidroponik juga dilakukan oleh John Woodward yang mencoba menanam spearmint menggunakan media air. 

Pada tahun 1804 Nicolas De Saussure mempublikasikan hasil penelitian yang menyatakan bahwa tanaman menyerap mineral yang diperoleh dari air, tanah dan udara. Julius von Sachs pada 1860 juga berhasil menemukan sembilan unsur penting yang dibutuhkan tanaman dan menjadi cikal bakal “nutriculture”. 

Satu tahun setelahnya, Wilhelm Knop mendapatkan gelar "The Father of Water". Sampai dengan tahun 1930 teknik budidaya tanpa menggunakan tanah masih digunakan untuk keperluan riset.

Baru pada awal tahun 1930-an, seorang agronomis dari University of California di Berkeley Dr. William Frederick Gericke mulai mempromosikan secara terbuka tentang “Solution culture” yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian.

Muncul Istilah Hidroponik

Istilah hidroponik kemudian dicipatakan pada tahun 1936 oleh Dr. William Frederick Gericke berdasarkan saran Setchell, dari University of California. Makna “Hydro” memiliki arti air dan “Ponos” yang artinya bekerja, jadi bisa diartikan hidroponik yaitu bercocok tanam dengan menggunakan media air. 

Dr.William Frederick Gericke merupakan orang yang pertama kali melakukan percobaan hidroponik berskala besar dengan menanam tanaman tomat, selada dan sayuran lainnya, serta tanaman umbi-umbian seperti kentang, lobak, bit dan wortel. Sistem ini terus dikembangkan pada tanaman buah-buahan dan hias. 

Sementara itu, Dr. Gericke menyatakan bahwa hidroponik dapat merevolusi dunia pertanian. Ia kemudian mengajukan gagasannya ke sebuah universitas agar bisa melakukan penelitian lebih lanjut.
Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, Gericke sempat ditolak oleh pihak kampus. Setelah beberapa saat, barulah Dr. Gericke diberi fasilitas greenhouse untuk membuktikan gagasannya. 

Tahun 1940, pihak universitas kemudian menugaskan Hoagland dan Arnon untuk menyusun ulang formula Gericke. Di lain sisi, Dr. Gericke kemudian memutuskan untuk meninggalkan jabatan akademik dan menerbitkan buku berjudul “Complete Guide to Soil less Gardening”.

Sejarah Hidroponik Dunia untuk Keperluan Komersial

Penggunaan secara komersial teknik hidroponik terjadi selama Perang Dunia II (1939 – 1945). Sejarah hidroponik dunia lainnya terjadi pada tahun 1945 yakni saat Jepang dikalahkan oleh sekutu dengan cara dibom.

Peristiwa tersebut membuat tanah di Jepang menjadi tandus dan kondisi iklim yang semakin tidak menentu. Pengembangan sistem hidroponik memberikan harapan kepada masyarakat Jepang yang pada saat itu butuh hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan. 

Pada sejak saat itu Jepang gencar mengembangkan sistem hidroponik. Negara padang pasir seperti Bahrain, Irak, Iran dan negara lainnya juga melakukan hal yang sama untuk sistem pertanian di negaranya. 

Pengembangan teknik hidroponik masih dilakukan hingga saat ini. Tahun 1960-1970-an, para peneliti hortikultura di negara-negara maju fokus mencari media alternatif (substrat) yang dapat menggantikan tanah. 

Dasar pencarian ini dikarenakan muncul persoalan pada media tanah seperti persoalan air, kurangnya nutrisi dan meningkatnya permasalahan hama penyakit tanaman. Sedangkan pada saat ini para peneliti fokus mengembangkan otomatisasi, supaya teknik hidroponik dapat lebih efektif dan efisien dengan bantuan internet dan robot.

Referensi:
Susilawati. 2019. Dasar-dasar Bertanam Secara Hidroponik. Unsri Press, Palembang.


1 komentar untuk "Sejarah Hidroponik Dunia yang Perlu Diketahui"