Sejarah Batavia: Pusat Perdagangan dan Kekuasaan VOC di Nusantara
Batavia adalah nama yang diberikan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) untuk markas besar perdagangan mereka di Asia, yang dibangun di atas reruntuhan kota Jayakarta pada tahun 1619. Selama lebih dari tiga abad, Batavia berfungsi sebagai ibu kota Hindia Belanda dan pusat administrasi kolonial, sebelum akhirnya berganti nama menjadi Jakarta pada masa pendudukan Jepang tahun 1942. Kota ini dirancang dengan gaya Eropa, lengkap dengan benteng, kanal, dan balai kota, menjadikannya "Ratu dari Timur".
Daftar Isi
- Awal Mula Sunda Kelapa
- Penaklukan Fatahillah dan Jayakarta
- Kedatangan Bangsa Belanda
- Pendirian VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
- Jan Pieterszoon Coen: Arsitek Batavia
- Pembangunan Kastil Batavia (Kasteel Batavia)
- Tata Kota dan Sistem Kanal
- Stadhuis (Balai Kota Batavia)
- Gereja Oude Kerk dan Nieuwe Kerk
- Masyarakat Multikultural Batavia
- Peran Etnis Tionghoa dalam Ekonomi
- Tragedi Geger Pecinan 1740
- Perbudakan di Batavia
- Mardijkers: Kaum Budak yang Memerdekakan Diri
- Kampung Tugu dan Budaya Portugis
- Sistem Pertahanan dan Tembok Kota
- Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai Nadi Ekonomi
- Gudang Rempah-Rempah VOC
- Penyakit dan Sanitasi Buruk (Graf der Hollanders)
- Perluasan ke Weltevreden
- Daendels dan Penghancuran Kastil Batavia
- Pembangunan Grote Postweg (Jalan Raya Pos)
- Masa Interregnum Inggris (Raffles)
- Kebun Raya Bogor (Buitenzorg)
- Kembalinya Kekuasaan Belanda
- Tanam Paksa (Cultuurstelsel)
- Perkembangan Trem Uap dan Listrik
- Stasiun Kereta Api Batavia
- Harmonie Sociëteit: Pusat Sosial Elite
- Hotel des Indes
- Pendidikan dan STOVIA
- Kebangkitan Nasional di Batavia
- Sumpah Pemuda 1928
- Arsitektur Art Deco di Batavia Baru
- Pelabuhan Tanjung Priok
- Bandara Kemayoran
- Pasar Gambir (Pasar Malam)
- Museum Gajah (Bataviaasch Genootschap)
- Kehidupan Kaum Indo-Eropa
- Masjid Luar Batang
- Klenteng Jin De Yuan
- Gereja Katedral Jakarta
- Perang Dunia II di Batavia
- Kedatangan Jepang 1942
- Perubahan Nama Menjadi Jakarta
- Proklamasi Kemerdekaan
- Pertempuran Mempertahankan Jakarta
- NICA dan Kembalinya Belanda
- Penyerahan Kedaulatan
- Warisan Batavia di Jakarta Modern
Awal Mula Sunda Kelapa
Sebelum dikenal sebagai Batavia, wilayah ini adalah pelabuhan strategis bernama Sunda Kelapa yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Pelabuhan ini menjadi titik temu pedagang internasional dari Tiongkok, Arab, dan India.
| Aspek | Keterangan |
|---|---|
| Lokasi | Muara Sungai Ciliwung |
| Komoditas Utama | Lada, Beras |
GPS Google Map Location Sunda Kelapa
Penaklukan Fatahillah dan Jayakarta
Pada 22 Juni 1527, Fatahillah dari Kesultanan Demak berhasil merebut Sunda Kelapa dari Portugis dan mengganti namanya menjadi Jayakarta, yang berarti "Kota Kemenangan".
| Tokoh Utama | Peristiwa |
|---|---|
| Fatahillah | Pemberian nama Jayakarta |
| Tahun | 1527 |
GPS Google Map Location Jayakarta
Kedatangan Bangsa Belanda
Ekspedisi Belanda pertama dipimpin oleh Cornelis de Houtman tiba di Banten pada 1596. Ini menandai awal mula interaksi dagang yang kemudian berubah menjadi kolonisasi panjang.
| Ekspedisi | Tahun |
|---|---|
| Cornelis de Houtman | 1596 |
| Tujuan | Mencari Rempah-rempah |
GPS Google Map Location Banten Lama
Pendirian VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
VOC didirikan pada 1602 sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia dengan hak oktroi yang memberikan mereka wewenang layaknya negara, termasuk mencetak uang dan memiliki tentara.
| Entitas | Deskripsi |
|---|---|
| Didirikan | 20 Maret 1602 |
| Kewenangan | Hak Monopoli Dagang |
GPS Google Map Location VOC Headquarters
Jan Pieterszoon Coen: Arsitek Batavia
J.P. Coen adalah Gubernur Jenderal VOC yang merebut Jayakarta pada 1619. Ia menginginkan nama "Nieuw Hoorn", namun dewan direksi memilih "Batavia".
| Nama | Jan Pieterszoon Coen |
|---|---|
| Jabatan | Gubernur Jenderal VOC |
| Julukan | Mur Jangkung |
GPS Google Map Location Museum Sejarah Jakarta
Pembangunan Kastil Batavia (Kasteel Batavia)
Kastil Batavia dibangun sebagai pusat pertahanan dan gudang logistik VOC. Benteng ini memiliki empat bastion yang dinamai Diamond, Ruby, Sapphire, dan Pearl.
| Bangunan | Kastil Batavia |
|---|---|
| Fungsi | Pertahanan & Pemerintahan |
| Lokasi | Muara Ciliwung |
GPS Google Map Location Kastil Batavia
Tata Kota dan Sistem Kanal
Batavia dirancang menyerupai kota-kota di Belanda dengan sistem kanal (gracht) untuk transportasi dan drainase. Namun, kanal ini kelak menjadi sumber penyakit karena air yang diam.
| Konsep | Kota Kanal Belanda |
|---|---|
| Masalah | Sedimentasi & Malaria |
GPS Google Map Location Kali Besar
Stadhuis (Balai Kota Batavia)
Gedung ini selesai dibangun pada 1710 dan berfungsi sebagai balai kota, pengadilan, dan penjara bawah tanah. Kini gedung ini dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta.
| Gedung | Stadhuis |
|---|---|
| Tahun Selesai | 1710 |
| Fungsi Kini | Museum Fatahillah |
GPS Google Map Location Fatahillah Square
Gereja Oude Kerk dan Nieuwe Kerk
Gereja Sion (Gereja Portugis Luar Kota) adalah salah satu gereja tertua yang masih berdiri, dibangun untuk kaum Mardijker dan budak yang telah dibebaskan.
| Gereja | Gereja Sion |
|---|---|
| Tahun | 1695 |
| Arsitektur | Barok Belanda |
GPS Google Map Location Gereja Sion
Masyarakat Multikultural Batavia
Batavia adalah 'melting pot' Asia. Penduduknya terdiri dari orang Belanda, Mestizo, Mardijker, Tionghoa, Arab, serta berbagai suku dari Nusantara seperti Jawa, Bali, dan Ambon.
| Kelompok | Asal |
|---|---|
| Mardijker | India/Portugis |
| Peranakan | Campuran Tionghoa-Lokal |
GPS Google Map Location Kota Tua Jakarta
Peran Etnis Tionghoa dalam Ekonomi
Etnis Tionghoa memegang peran vital sebagai pedagang perantara, pengrajin, dan pemungut pajak bagi VOC. Mereka tinggal di wilayah pecinan (Glodok).
| Peran | Ekonomi & Perdagangan |
|---|---|
| Komoditas | Gula, Arak, Teh |
GPS Google Map Location Glodok Pancoran
Tragedi Geger Pecinan 1740
Pembantaian massal etnis Tionghoa terjadi pada tahun 1740 akibat ketegangan ekonomi dan ketakutan VOC. Ribuan orang tewas dan sisanya melarikan diri ke luar tembok kota.
| Peristiwa | Chinezenmoord |
|---|---|
| Tahun | Oktober 1740 |
| Dampak | Pemisahan Pemukiman |
GPS Google Map Location Kali Angke
Perbudakan di Batavia
Budak didatangkan dari berbagai wilayah seperti Bali, Sulawesi, dan India untuk bekerja di rumah tangga elit Belanda maupun proyek pembangunan kota.
| Status | Budak (Slaaf) |
|---|---|
| Pekerjaan | Domestik & Buruh Kasar |
GPS Google Map Location Pasar Budak Batavia
Mardijkers: Kaum Budak yang Memerdekakan Diri
Mardijkers adalah keturunan budak yang dibebaskan, sebagian besar beragama Kristen dan berbicara bahasa Portugis Kreol. Mereka memiliki budaya unik yang memengaruhi musik Keroncong.
| Kelompok | Mardijkers |
|---|---|
| Bahasa | Kreol Portugis |
| Budaya | Keroncong Tugu |
GPS Google Map Location Kampung Tugu
Kampung Tugu dan Budaya Portugis
Terletak di utara Jakarta, Kampung Tugu menjadi tempat bermukimnya kaum Mardijkers. Gereja Tugu dan musik Keroncong Tugu adalah warisan hidup dari komunitas ini.
| Warisan | Keroncong Tugu |
|---|---|
| Lokasi | Semper, Jakarta Utara |
GPS Google Map Location Gereja Tugu
Sistem Pertahanan dan Tembok Kota
Batavia dikelilingi oleh tembok tinggi dan parit pertahanan untuk melindungi kota dari serangan Kesultanan Banten dan Mataram.
| Struktur | Tembok Kota |
|---|---|
| Fitur | Bastion & Pintu Gerbang |
GPS Google Map Location Amsterdam Gate
Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai Nadi Ekonomi
Meski pusat kota berkembang, Sunda Kelapa tetap menjadi pelabuhan utama untuk kapal-kapal antar pulau sebelum Tanjung Priok dibangun.
| Pelabuhan | Sunda Kelapa |
|---|---|
| Kapal | Phinisi & Jung |
GPS Google Map Location Sunda Kelapa Harbor
Gudang Rempah-Rempah VOC
Gudang di tepi barat (Westzijdsche Pakhuizen) digunakan untuk menyimpan rempah-rempah berharga seperti pala, cengkeh, dan lada sebelum dikirim ke Eropa.
| Lokasi | Museum Bahari |
|---|---|
| Isi Gudang | Rempah, Tekstil, Kopi |
GPS Google Map Location Museum Bahari Jakarta
Penyakit dan Sanitasi Buruk (Graf der Hollanders)
Pada abad ke-18, Batavia dijuluki "Kuburan Orang Belanda" karena wabah malaria dan kolera akibat sanitasi kanal yang buruk.
| Julukan | Graf der Hollanders |
|---|---|
| Penyebab | Malaria & Disentri |
GPS Google Map Location Taman Prasasti Museum
Perluasan ke Weltevreden
Akibat kondisi kota lama yang tidak sehat, pusat pemerintahan dipindahkan ke selatan, ke area yang lebih tinggi dan sejuk bernama Weltevreden (sekitar Lapangan Banteng dan Monas).
| Wilayah | Weltevreden (Sawah Besar) |
|---|---|
| Arti | Benar-benar Puas |
GPS Google Map Location Lapangan Banteng
Daendels dan Penghancuran Kastil Batavia
Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811) memerintahkan penghancuran Kastil Batavia dan tembok kota untuk mengambil materialnya guna membangun istana baru di Weltevreden.
| Tokoh | Herman Willem Daendels |
|---|---|
| Julukan | Marsekal Besi |
GPS Google Map Location Gedung AA Maramis
Pembangunan Grote Postweg (Jalan Raya Pos)
Daendels membangun Jalan Raya Pos dari Anyer hingga Panarukan sepanjang 1.000 km, yang melewati Batavia, untuk mempercepat mobilisasi militer.
| Proyek | Jalan Raya Pos |
|---|---|
| Tahun | 1808-1811 |
GPS Google Map Location Jalan Raya Bogor
Masa Interregnum Inggris (Raffles)
Inggris menguasai Jawa (1811-1816) di bawah Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles. Ia melakukan reformasi administrasi dan menghapus sebagian praktik feodal.
| Tokoh | Raffles |
|---|---|
| Karya | History of Java |
GPS Google Map Location Raffles Monument Kebun Raya
Kebun Raya Bogor (Buitenzorg)
Raffles tinggal di Buitenzorg (Bogor) dan merintis pengembangan kebun botani yang kemudian diresmikan oleh Belanda sebagai 'Lands Plantentuin te Buitenzorg'.
| Lokasi | Buitenzorg |
|---|---|
| Fungsi | Peristirahatan Gubernur |
GPS Google Map Location Kebun Raya Bogor
Kembalinya Kekuasaan Belanda
Setelah Konvensi London 1814, Inggris menyerahkan kembali Hindia Belanda kepada Kerajaan Belanda, menandai dimulainya era kolonial modern.
| Peristiwa | Penyerahan Kembali |
|---|---|
| Tahun | 1816 |
GPS Google Map Location Jakarta
Tanam Paksa (Cultuurstelsel)
Sistem Tanam Paksa diperkenalkan Van den Bosch untuk mengisi kas Belanda yang kosong. Hasil bumi dari pedalaman dikumpulkan di Batavia untuk diekspor.
| Kebijakan | Cultuurstelsel |
|---|---|
| Komoditas | Kopi, Tebu, Nila |
GPS Google Map Location Museum Nasional
Perkembangan Trem Uap dan Listrik
Batavia memiliki sistem transportasi maju berupa trem kuda yang kemudian digantikan oleh trem uap dan akhirnya trem listrik, menghubungkan Kota Tua dengan Weltevreden.
| Transportasi | Trem Batavia |
|---|---|
| Operator | BVM (Bataviasche Verkeers Maatschappij) |
GPS Google Map Location Stasiun Jakarta Kota
Stasiun Kereta Api Batavia
Stasiun Batavia Zuid (kini Stasiun Jakarta Kota/BEOS) dibangun sebagai terminal utama kereta api yang megah dengan arsitektur Art Deco.
| Nama | Stasiun BEOS |
|---|---|
| Arsitek | Frans Ghijsels |
GPS Google Map Location Stasiun Jakarta Kota
Harmonie Sociëteit: Pusat Sosial Elite
Gedung Harmoni adalah klub eksklusif tempat sosialita Eropa berpesta dan berdansa. Gedung ini dihancurkan pada 1985 untuk pelebaran jalan.
| Gedung | Sociëteit de Harmonie |
|---|---|
| Status | Sudah Dibongkar |
GPS Google Map Location Harmoni Central Busway
Hotel des Indes
Salah satu hotel termewah di Asia pada masanya, Hotel des Indes menjadi tempat menginap tamu-tamu agung negara. Kini lokasinya menjadi Duta Merlin.
| Hotel | Des Indes |
|---|---|
| Lokasi | Jalan Gajah Mada |
GPS Google Map Location Duta Merlin
Pendidikan dan STOVIA
STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) adalah sekolah kedokteran untuk pribumi yang melahirkan banyak tokoh pergerakan nasional.
| Sekolah | Dokter Jawa |
|---|---|
| Lokasi | Kwitang (Museum Kebangkitan Nasional) |
GPS Google Map Location Museum Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Nasional di Batavia
Berdirinya Budi Utomo pada 1908 di Batavia menandai dimulainya kesadaran nasionalisme di kalangan terpelajar Indonesia.
| Organisasi | Budi Utomo |
|---|---|
| Tahun | 1908 |
GPS Google Map Location Gedung Stovia
Sumpah Pemuda 1928
Pada 28 Oktober 1928, para pemuda berkumpul di Batavia untuk mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.
| Peristiwa | Sumpah Pemuda |
|---|---|
| Lokasi | Jalan Kramat Raya 106 |
GPS Google Map Location Museum Sumpah Pemuda
Arsitektur Art Deco di Batavia Baru
Kawasan Menteng dan Gondangdia dikembangkan sebagai perumahan taman (garden city) dengan gaya arsitektur Art Deco yang modern untuk kaum elite.
| Gaya | Indische Art Deco |
|---|---|
| Kawasan | Menteng |
GPS Google Map Location Taman Suropati
Pelabuhan Tanjung Priok
Karena Sunda Kelapa semakin dangkal, pemerintah kolonial membangun pelabuhan samudra baru di Tanjung Priok pada akhir abad ke-19.
| Pelabuhan | Tanjung Priok |
|---|---|
| Diresmikan | 1886 |
GPS Google Map Location Tanjung Priok Port
Bandara Kemayoran
Kemayoran adalah bandara internasional pertama di Batavia yang dibuka pada 1940, melayani penerbangan KNILM dan KLM.
| Bandara | Kemayoran |
|---|---|
| Status | Non-aktif (Kawasan PRJ) |
GPS Google Map Location Eks Bandara Kemayoran
Pasar Gambir (Pasar Malam)
Pasar Gambir adalah perayaan tahunan memperingati ulang tahun Ratu Belanda, yang menjadi cikal bakal Pekan Raya Jakarta (PRJ).
| Acara | Pasar Gambir |
|---|---|
| Lokasi | Koningsplein (Monas) |
Museum Gajah (Bataviaasch Genootschap)
Lembaga ilmiah tertua di Asia Tenggara ini didirikan untuk meneliti seni dan sains Hindia. Patung gajah di depannya adalah hadiah dari Raja Thailand.
| Institusi | Museum Nasional |
|---|---|
| Didirikan | 1778 |
GPS Google Map Location Museum Nasional Indonesia
Kehidupan Kaum Indo-Eropa
Kaum Indo (campuran Eropa dan Pribumi) memiliki strata sosial unik. Mereka menjembatani budaya barat dan timur dalam bahasa, makanan, dan gaya hidup.
| Etnis | Indo-Eropa |
|---|---|
| Bahasa | Petjo |
GPS Google Map Location Menteng
Masjid Luar Batang
Masjid bersejarah ini didirikan oleh Habib Husein bin Abubakar Alaydrus dan menjadi pusat syiar Islam di pesisir Batavia.
| Masjid | Luar Batang |
|---|---|
| Tokoh | Habib Husein |
GPS Google Map Location Masjid Luar Batang
Klenteng Jin De Yuan
Dikenal sebagai Vihara Dharma Bhakti, ini adalah klenteng tertua di Jakarta yang dibangun pada 1650, menjadi pusat spiritual warga Tionghoa.
| Klenteng | Jin De Yuan |
|---|---|
| Lokasi | Petak Sembilan |
GPS Google Map Location Vihara Dharma Bhakti
Gereja Katedral Jakarta
Gereja Katedral dengan gaya Neo-Gotik diresmikan pada 1901, berdiri megah di seberang lapangan Banteng (Waterloo Plein).
| Bangunan | Katedral Jakarta |
|---|---|
| Gaya | Neo-Gotik |
GPS Google Map Location Gereja Katedral Jakarta
Perang Dunia II di Batavia
Menjelang invasi Jepang, Batavia bersiap dengan pertahanan udara dan evakuasi warga sipil, namun pertahanan Belanda runtuh dengan cepat.
| Perang | Pasifik |
|---|---|
| Tahun | 1941-1942 |
GPS Google Map Location Menteng Pulo Cemetery
Kedatangan Jepang 1942
Jepang memasuki Batavia pada Maret 1942, mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda dan memulai masa pendudukan militer yang keras.
| Invasi | Jepang |
|---|---|
| Tahun | Maret 1942 |
GPS Google Map Location Kalijati Subang (Perjanjian)
Perubahan Nama Menjadi Jakarta
Pada 1942, pemerintah Jepang mengganti nama Batavia menjadi Djakarta Tokubetsu Shi untuk menarik simpati rakyat Indonesia.
| Nama Baru | Jakarta |
|---|---|
| Era | Pendudukan Jepang |
GPS Google Map Location Balai Kota Jakarta
Proklamasi Kemerdekaan
Di Jakarta (eks Batavia), Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur.
| Peristiwa | Proklamasi |
|---|---|
| Lokasi | Pegangsaan Timur 56 |
GPS Google Map Location Tugu Proklamasi
Pertempuran Mempertahankan Jakarta
Setelah proklamasi, situasi Jakarta memanas dengan kedatangan sekutu dan NICA, memicu pertempuran sporadis di berbagai sudut kota.
| Masa | Revolusi Fisik |
|---|---|
| Tahun | 1945-1949 |
GPS Google Map Location Kali Bata Heroes Cemetery
NICA dan Kembalinya Belanda
Belanda sempat menguasai kembali Jakarta selama masa revolusi dan menjadikannya ibu kota negara boneka mereka sebelum pengakuan kedaulatan.
| Otoritas | NICA |
|---|---|
| Tujuan | Menegakkan Kembali Kolonialisme |
GPS Google Map Location Istana Merdeka
Penyerahan Kedaulatan
Pada akhir 1949, Belanda secara resmi mengakui kedaulatan Indonesia, dan Jakarta ditetapkan sebagai ibu kota Republik Indonesia Serikat (RIS).
| Peristiwa | KMB (Konferensi Meja Bundar) |
|---|---|
| Tahun | Desember 1949 |
GPS Google Map Location Istana Negara
Warisan Batavia di Jakarta Modern
Warisan Batavia tetap hidup melalui bangunan-bangunan tua di Kota Tua, nama jalan, kuliner, dan sejarah panjang yang membentuk Jakarta modern.
| Warisan | Kota Tua (Oud Batavia) |
|---|---|
| Status | Cagar Budaya |
GPS Google Map Location Kawasan Kota Tua
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
1. Apa perbedaan antara Sunda Kelapa, Jayakarta, dan Batavia?
Sunda Kelapa adalah nama asli pelabuhan di bawah Kerajaan Pajajaran. Jayakarta adalah nama yang diberikan Fatahillah setelah merebutnya pada 1527. Batavia adalah nama yang diberikan Belanda (VOC) setelah mereka membangun kota kolonial di atas reruntuhan Jayakarta pada 1619.
2. Mengapa Batavia dijuluki "Kuburan Orang Belanda"?
Julukan ini muncul pada abad ke-18 karena tingginya angka kematian akibat wabah penyakit seperti malaria, kolera, dan disentri. Sanitasi kanal yang buruk dan iklim tropis yang tidak dipahami dengan baik oleh orang Eropa memperparah kondisi kesehatan.
3. Kapan nama Batavia resmi berubah menjadi Jakarta?
Nama Batavia secara de facto berubah menjadi Djakarta (Jakarta) pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 untuk menghapus pengaruh Belanda. Nama Jakarta kemudian diresmikan sebagai nama ibu kota Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan.
Referensi Otoritatif
Ringkasan
Artikel ini merangkum perjalanan panjang sejarah Batavia, mulai dari pelabuhan Sunda Kelapa, penaklukan Jayakarta, hingga pembangunan kota kolonial oleh VOC di bawah J.P. Coen. Pembahasan mencakup aspek tata kota, sosial, ekonomi, perbudakan, serta peristiwa penting seperti Geger Pecinan dan masa pendudukan Jepang yang akhirnya mengubah nama kota ini menjadi Jakarta. Warisan arsitektur dan budaya Batavia masih dapat disaksikan hingga hari ini di kawasan Kota Tua Jakarta.